Indotorial.com, - Kabupaten Solok kembali menghadirkan kejutan spektakuler dalam rangkaian acara Tour de Singkarak (TdS) 2024. Atraksi yang paling dinanti, Tari Piriang Diateh Kaco, tampil dengan sentuhan baru yang lebih mendebarkan, memadukan seni tradisi dengan unsur debus. Para penari tidak hanya menari di atas pecahan kaca, tetapi tubuh mereka juga dibakar dengan api, menciptakan pemandangan yang menakjubkan.
Acara ini disaksikan oleh sejumlah tamu kehormatan, termasuk Sapta Nirwandar, anggota DPR RI Epiyardi Asda, Ketua DPRD Kabupaten Solok, PJ Bupati Solok Devi Kurnia, serta Kapolres Solok dan Kapolres Solok Kota ABBP Tommy Bambang Irawan. Mereka, beserta para peserta TdS, nyaris tidak berkedip menyaksikan keindahan dan keberanian para penari yang berasal dari berbagai nagari di Kabupaten Solok.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Solok, M. Alfajri, menjelaskan bahwa Tari Piriang Diateh Kaco memiliki gerakan yang sama dengan tari piring tradisional lainnya di Sumatera Barat, di mana semua gerakannya bersumber dari gerakan silat. Namun, yang membuat Tari Piriang Diateh Kaco berbeda adalah penggunaan kaca sebagai properti dan penambahan elemen debus, di mana penari meliukkan tubuh mereka di atas kaca dan bermain dengan api tanpa kehilangan keceriaan.
"Tari Piriang Ateh Kaco ini merupakan perpaduan seni tradisi dengan debus. Para penari seakan bercanda dengan api, menggerakkan tubuh mereka yang terbakar tanpa merasa takut. Sesekali, mereka bahkan menciptakan gelombang api ke udara, yang membuat penonton semakin kagum," kata Alfajri.
Tradisi Tari Piriang Api ini sebelumnya berkembang di beberapa nagari di Kabupaten Solok, seperti Talang Babungo, Sariek Alahan Tigo, Sungai Anggai, dan Sungai Abu. Namun, seni ini mulai jarang ditampilkan karena adanya kepercayaan bahwa penari yang membanggakan diri akan diserang secara gaib hingga mengalami cedera. Kini, seni ini hanya berkembang di Nagari Paninggahan, Kecamatan Junjung Sirieh.
Alfajri menambahkan bahwa tujuan menampilkan Tari Piriang Ateh Kaco saat ini berbeda dengan masa lalu. "Dulu, ada unsur membanggakan diri dalam seni ini, namun sekarang tujuan kami murni untuk melestarikan dan mengembangkan seni tradisi," tutupnya.
Dengan kehadiran atraksi ini, Kabupaten Solok sekali lagi menunjukkan komitmennya dalam mempromosikan kekayaan budaya lokal di panggung internasional seperti Tour de Singkarak.