Indotorial.com, - Debat publik tahap kedua yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Solok berlangsung di Gedung Kubung Tigo Baleh dengan mengangkat tema Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas serta kehidupan beragama dan berbudaya. Acara ini menjadi momen penting dalam rangkaian Pilkada serentak yang akan berlangsung pada Desember mendatang.
KPU Kota Solok memberikan kuota sebanyak 200 orang bagi masing-masing pasangan calon (paslon), jumlah yang terbesar dibandingkan daerah lain yang turut menyelenggarakan Pilkada serentak. Ketua KPU Kota Solok, Budi Santosa, menegaskan bahwa debat publik ini adalah kesempatan bagi masyarakat untuk menilai dan mempertimbangkan pilihan mereka pada pemilihan yang akan datang.
“Masyarakat harus cerdas dalam memilih pemimpin dengan mendalami visi, misi, serta program yang dibawa oleh setiap kandidat calon Walikota dan Wakil Walikota,” kata Budi Santosa.
Bagi masyarakat yang tidak dapat menyaksikan langsung, KPU Kota Solok bekerja sama dengan media cetak dan elektronik untuk menyiarkan debat tersebut. Debat kali ini dikhususkan untuk para calon wakil walikota, dengan moderator Eka Vidya Putra, S.Sos, seorang dosen dari Universitas Negeri Padang.
Debat ini dibagi menjadi lima segmen, meliputi penyampaian visi dan misi, pertanyaan tim pakar, pembahasan isu-isu krusial, tanya jawab, dan pernyataan penutup. Ketiga pasangan calon wakil walikota memberikan pandangan mereka tentang bagaimana meningkatkan kualitas SDM di Kota Solok.
Calon nomor urut 1, Ir. Reinier, menyoroti rendahnya kualitas SDM di sektor ekonomi, terutama sulitnya lapangan pekerjaan. Menurut Reinier, banyak warga yang terpaksa menjadi tukang ojek karena kurangnya keterampilan dan modal untuk memulai usaha.
“Kita akan membekali masyarakat dengan keahlian usaha seperti menjahit dan memberikan bantuan modal agar home industry bisa berkembang menjadi kekuatan ekonomi daerah,” ujar Reinier.
Sementara itu, calon wakil walikota nomor urut 2, Jon Hendra, mengingatkan pentingnya evaluasi terhadap perkembangan Kota Solok. “Solok harus siap menghadapi tantangan era globalisasi dengan memperkuat reformasi birokrasi dan meningkatkan produktivitas melalui ekonomi kerakyatan,” tegas Jon Hendra.
Calon nomor urut 3, Alfauzi Bote, berfokus pada peningkatan akses pendidikan sebagai kunci untuk menciptakan SDM berkualitas. Menurutnya, perlu ada perbaikan sarana pendidikan dan peningkatan kapasitas aparatur pemerintahan untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dan profesional.
Meskipun debat berlangsung sengit, para kandidat tetap menjaga sportifitas dengan saling bersalaman di akhir acara. Debat ditutup dengan sesi foto bersama antara para kandidat, KPU Kota Solok, dan tamu undangan.