Indotorial.com, - Kabupaten Solok kembali melaksanakan imunisasi massal untuk mencegah penyakit mematikan difteri melalui kegiatan Outbreak Response Immunization (ORI) putaran ketiga. Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari penanggulangan kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) Difteri yang pernah terjadi di daerah tersebut. Dengan dilaksanakannya ORI tahap ketiga, diharapkan penyakit difteri dapat dicegah agar tidak kembali berjangkit di Kabupaten Solok.
Penjabat (Pj) Bupati Solok, Devi Kurnia, dalam rapat evaluasi persiapan ORI tahap ketiga, menekankan pentingnya dukungan lintas sektor dalam pelaksanaan imunisasi massal ini. Ia meminta agar seluruh sektor, mulai dari tingkat Jorong, Nagari, Kecamatan, Puskesmas, serta SKPD dan instansi masyarakat Kabupaten Solok, turut berperan aktif demi keberhasilan kegiatan imunisasi massal.
"Penyakit difteri mungkin masih asing bagi sebagian masyarakat di sini, tetapi kita pernah mengalami kepanikan akibat penyakit ini yang telah merenggut korban jiwa," ujar Devi Kurnia. "Maka dari itu, imunisasi dasar untuk anak dan pencegahan bagi orang dewasa yang rentan sangat penting dilakukan."
Devi juga menekankan perlunya revitalisasi posyandu dengan dukungan kader posyandu, PKK Nagari, PKK Kecamatan, dan walinagari. Ia berharap para kader dapat menggerakkan masyarakat untuk datang ke posyandu dan berpartisipasi dalam program imunisasi.
Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Solok, capaian imunisasi massal pada putaran pertama mencapai 96,4%, sementara pada putaran kedua turun menjadi 90,1%. Pada tahap ketiga, angka capaian baru mencapai 66,2%, yang disebabkan oleh sejumlah kendala, termasuk keterlambatan pelaksanaan pada putaran kedua. Keterlambatan ini memengaruhi target pencapaian pada tahap ketiga, yang diperkirakan baru akan selesai pada Februari 2016.
Kasus difteri di Kabupaten Solok dilaporkan pertama kali pada 6 Februari 2015, berasal dari Jorong Tabek, Nagari Talang Babungo, Kecamatan Hiliran Gumanti, dan mengakibatkan korban jiwa. Penetapan KLB dilakukan untuk menanggulangi penyebaran penyakit, dan sejak itu, imunisasi tambahan melalui ORI terus digiatkan.
Devi Kurnia juga menegaskan pentingnya ORI tahap ketiga sebagai bagian dari penanggulangan KLB difteri di Kabupaten Solok. "Penanggulangan KLB ini bertujuan untuk menghentikan wabah, menurunkan insiden dan kematian akibat difteri, serta memutus rantai penularan demi melindungi kelompok masyarakat rentan," jelasnya.
Untuk meningkatkan mobilisasi peserta imunisasi, pemerintah daerah bekerja sama dengan PKK, kader kesehatan, dan guru-guru untuk memberitahukan keluarga dan siswa tentang pelaksanaan imunisasi tambahan ini. Dukungan masyarakat sangat diharapkan untuk memastikan pencapaian target imunisasi massal yang optimal.
Dengan pelaksanaan ORI yang lebih baik dan koordinasi yang kuat antar pihak terkait, Kabupaten Solok bertekad untuk mencegah wabah difteri di masa mendatang dan melindungi kesehatan masyarakatnya.