Iklan

Iklan

,

Iklan

Nadia: Perjuangan Tanpa Henti dari Balik Gerobak Dagangan

January 31, 2016, 00:52 WIB

Nadia: Perjuangan Tanpa Henti dari Balik Gerobak Dagangan


Indotorial.com, - Di balik viralnya potret seorang gadis SMA mendorong becak berisi perlengkapan dagangan, tersembunyi kisah tentang kerja keras, keikhlasan, dan tekad luar biasa. Sepni Yunandia, yang akrab disapa Nadia, adalah anak keempat dari tujuh bersaudara dalam keluarga Mawardi dan Yurnawati, yang tinggal di rumah kontrakan kecil di Jalan Syeckh Kukut No.114, Kelurahan Nan Balimo, Kota Solok. Kehidupan mereka sederhana, namun penuh cinta dan semangat kebersamaan.


Dua bulan lalu, Ronny Daniel, ketua PMI Kota Solok, memotret Nadia yang sedang mendorong becak beroda tiga yang dipenuhi alat-alat berjualan. Dalam foto itu, Nadia tampak gigih menuntun becak yang berisi termos, piring, sendok, hingga alat memasak lainnya. Begitu foto tersebut tersebar di media sosial, banyak orang terenyuh dan kagum melihat perjuangan seorang siswi SMA membantu keluarganya setiap pagi sebelum berangkat ke sekolah.


Antara Pendidikan dan Pekerjaan


Nadia, siswa kelas XI jurusan IPA 1 di SMAN 4 Kota Solok, memiliki ritme kehidupan yang padat. Pagi-pagi buta, ia sudah mulai menyiapkan dagangan untuk diantarkan ke lapak ayahnya di terminal angkot. Ia terbiasa melewati pagi hari dengan mengangkut barang dagangan, lalu bergegas kembali ke rumah untuk bersiap ke sekolah. Walaupun perjuangannya menguras tenaga, Nadia tak pernah surut semangat. Baginya, pendidikan adalah jalan utama untuk mengubah hidupnya dan membantu keluarga.


“Mungkin orang lain melihat ini sebagai beban, tapi bagi saya, ini adalah bagian dari perjuangan hidup,” tutur Nadia dengan bijak. Ia percaya bahwa pendidikan adalah investasi masa depan, dan ia bercita-cita melanjutkan studi ke jurusan Olahraga di Universitas Negeri Padang atau Kedokteran di Universitas Andalas, Padang.


Keluarga Mawardi: Kehidupan Sederhana, Semangat Besar


Mawardi, ayah Nadia yang berusia 67 tahun, adalah seorang pedagang kaki lima di terminal angkot yang menyediakan berbagai makanan seperti nasi, lontong, mie rebus, dan minuman hangat. Warung sederhana yang mereka dirikan menjadi satu-satunya sumber penghasilan bagi keluarga ini. Meski hidup serba terbatas, Mawardi dan Yurnawati tetap berhasil menyekolahkan anak-anaknya dengan dukungan dan kebersamaan yang erat.


Dalam keluarga besar ini, peran anak-anak sangat terasa. Setiap hari, Nadia, Della, Yuni, dan Zulfahmi membantu orang tua mereka berjualan. Di pagi hari, Nadia membantu ayahnya membuka lapak, dan sepulang sekolah, ia kembali ke terminal angkot bersama saudara-saudaranya untuk menutup warung.


Duka dan Harapan di Balik Kehidupan Sehari-hari


Walau kesehariannya penuh kesibukan, Nadia tak mengeluhkan kondisi kesehatannya. Di belakang telinganya terdapat pembengkakan kecil akibat kelenjar teroid, yang mengharuskannya menjalani rawat jalan dan mengonsumsi obat secara rutin selama enam bulan. Namun, hal ini tak mematahkan semangatnya untuk tetap bersekolah dan membantu keluarganya. Meskipun kadang harus terlambat ke sekolah karena jarak antara rumah kontrakan dan sekolahnya mencapai tiga kilometer, Nadia tetap berjuang keras.


Rumah kontrakan keluarga ini sederhana, dengan hanya satu ruang tamu, dua kamar, serta dapur yang sering kebanjiran jika hujan deras turun. Setiap bulannya, Mawardi harus memikirkan cara untuk membayar biaya kontrakan sebesar Rp1.200.000. Namun, di tengah keterbatasan itu, semangat dan ketulusan keluarga Mawardi justru menjadi kekuatan yang membuat mereka mampu bertahan.


Menghadapi Masa Depan dengan Tekad


Nadia menyimpan cita-cita besar, salah satunya adalah memberangkatkan kedua orang tuanya ke tanah suci. Meskipun ia belum pernah menerima beasiswa, semangatnya untuk belajar tetap tak tergoyahkan. Sebagai atlet gulat Kota Solok yang pernah mengikuti PORPROV Sumbar dan masuk lima besar, ia juga belajar tentang kedisiplinan dan ketangguhan, yang kemudian ia terapkan dalam kehidupan sehari-harinya.


Mengangkat kehidupan di balik potret yang viral, kisah Nadia memberi inspirasi bahwa hidup penuh perjuangan bukanlah sesuatu yang memalukan. “Kenapa harus malu, selama yang kita lakukan adalah perbuatan kebaikan,” ujar Nadia sambil tersenyum. Dengan bantuan teman-teman, doa orang tua, dan tekad yang kuat, Nadia terus berjuang mewujudkan mimpinya, satu langkah demi langkah, di antara rintangan hidup yang ia hadapi.