Indotorial.com, - Pondok Modern Darussalam Gontor kini telah berusia 90 tahun. Usia yang mencerminkan perjalanan panjang dan penuh tantangan dalam membangun lembaga pendidikan Islam yang berpengaruh di Indonesia. Sejak didirikan pada tahun 1926, Gontor telah melalui berbagai fase perkembangan, mulai dari masa sulit hingga menjadi lembaga pendidikan yang dikenal luas.
Menurut Ustadz Witoto, Pimpinan Pengasuh Gontor 11, di awal pendiriannya, Gontor belum langsung mendapat sambutan hangat dari masyarakat. “Sejak berdiri, Gontor memulai dengan fase Tarbiyatul Athfal. Sepuluh tahun kemudian, Gontor mulai mendirikan tingkatan sekolah yang setara dengan sekolah menengah, yang kemudian dikenal sebagai Kulliyyatu-l-Mu’allimin Al-Islamiyyah,” jelasnya.
Salah satu tonggak penting dalam sejarah Gontor adalah pada tahun 1958, saat pondok ini diwakafkan kepada umat Islam. Langkah ini menjadi simbol keikhlasan para pendiri, yang menyerahkan lembaga ini beserta asetnya kepada umat, sehingga Gontor tidak lagi menjadi milik pribadi, tetapi milik umat Islam di seluruh dunia. “Penyerahan piagam wakaf ini menjadi puncak perjuangan Gontor dan titik balik penting dalam perjalanannya,” tambah Ustadz Witoto.
Meski telah berusia hampir seabad, Pondok Modern Darussalam Gontor terus berkembang dan memperluas pengaruhnya. Salah satu cabangnya, Gontor 11 di Sulit Air, Solok, Sumatera Barat, juga menunjukkan kontribusi yang signifikan. Baru-baru ini, Gontor 11 menyelenggarakan acara seni bertajuk “Gontor Allstar”, yang menampilkan kreativitas para santri. Acara tersebut berhasil memukau masyarakat setempat dengan kolaborasi seni antara santri Gontor dan siswa-siswa Sekolah Dasar di Sulit Air.
Humas Gontor 11, Rosi Yulita Rusli, menyatakan bahwa acara tersebut bertujuan untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa santri-santri Gontor tidak hanya mendalami ilmu agama, tetapi juga memiliki bakat dan keterampilan di bidang seni. “Melalui pentas ini, santri memperlihatkan potensi mereka sebagai generasi muda yang Islami, kreatif, dan multitalenta,” ungkap Rosi.
Peran Gontor sebagai lembaga pendidikan terus diakui, terutama ketika sistem pendidikan formal yang ada dianggap tidak memuaskan. Banyak orang mulai melirik sistem pendidikan pesantren, terutama Gontor, sebagai alternatif yang lebih baik. Alumni Gontor yang telah mendirikan pondok-pondok pesantren baru juga turut memperkuat pengaruh Gontor di berbagai daerah.
Memasuki usia yang ke-90, Gontor tetap teguh menjaga nilai-nilai yang telah ditanamkan sejak didirikan. Meski zaman terus berubah, pondok ini tetap berpegang pada prinsip-prinsipnya, menjaga kejujuran, disiplin, dan visi yang sama. “Di atas hanya Allah, di bawah hanya tanah,” pungkas Rosi, menggambarkan keteguhan Gontor dalam menghadapi segala tantangan zaman.
Dengan semangat ini, Pondok Modern Darussalam Gontor terus melangkah maju, memberikan kontribusi besar dalam mencetak generasi Muslim yang tidak hanya menguasai ilmu agama, tetapi juga memiliki keterampilan hidup yang siap menghadapi dunia modern.