Indotorial.com, - Masih kecewa dengan kebijakan pemerintah, ratusan pedagang yang sebelumnya berjualan di Jalan Lingkar Koto Panjang, Pasar Raya Solok kembali melancarkan aksi unjuk rasa di Kantor Balai Kota Solok. Demonstrasi yang diadakan Rabu (1/6) ini merupakan aksi kedua mereka, setelah sebelumnya pada Senin (30/5) berlangsung dengan intensitas yang cukup ganas.
Meskipun sudah dua kali melakukan aksi, para pedagang mengaku belum mendapatkan kesempatan untuk menyampaikan keluhan mereka langsung kepada Walikota Solok Zul Elfian dan Wakil Walikota Solok Reinier, yang saat itu sedang berada di luar daerah. Bahkan, kehadiran Sekda yang berada di Kota Solok tidak diimbangi dengan kehadiran pejabat di Balai Kota, sehingga hanya beberapa pejabat yang ada yang menerima aspirasi demonstran.
Para pedagang menyampaikan bahwa relokasi yang dilakukan tiga bulan lalu membuat mereka dipaksa berjualan di dalam area pasar yang dirasa tidak memadai. "Menjelang puasa ini pak, kami sudah tak ada lagi uang untuk makan, kami di pasar tidak cari kaya, kami hanya ingin kembali berjualan di jalan lingkar, sebab di sana ramai," ungkap Meiliza, salah satu perwakilan pedagang. Ia menambahkan bahwa sejak relokasi, pendapatan mereka turun drastis, sementara pengeluaran semakin membengkak.
Aksi demonstrasi Senin (30/5) pun semakin memanas ketika para pedagang melemparkan dagangan seperti sayur, buncis, kentang, cabe, dan tomat ke dalam lobi Balai Kota. Mereka mengeluhkan bahwa lokasi berjualan yang baru tidak strategis dan pungutan yang harus dibayar mencapai puluhan ribu rupiah, sehingga kehidupan sehari-hari mereka semakin sulit, terutama menjelang bulan suci Ramadhan.
Perwakilan pedagang lain, Wen (42), menegaskan, "Kalau seperti itu kan tidak adil dan kami dirugikan, belum lagi iuran yang harus kami bayarkan. Kami butuh hidup, Pak. Kalau mau ditembak, kami silahkan saja." Pernyataan ini menggambarkan betapa dalamnya keputusasaan para pedagang yang merasa ditinggalkan oleh kebijakan pemerintah.
Di sisi lain, pemerintah Kota Solok mengaku bahwa penertiban terhadap pedagang kaki lima merupakan salah satu langkah untuk menciptakan kawasan pasar yang bersih, rapi, dan tertib. Hasilnya terlihat dari tampilan Jalan Lingkar Koto Panjang yang kini telah dibersihkan dan diaspal, sehingga arus lalu lintas menjadi lebih lancar. Namun, keberhasilan tersebut ternyata dirasakan dengan cara yang berbeda oleh para pedagang yang terkena dampak relokasi.
Koordinator Tim Gabungan Relokasi Pedagang Pasar Raya, Ujang Muhammad, bersama Kepala Dinas Pasar dan pejabat terkait, menyatakan bahwa mereka tetap berpegang pada kesepakatan yang telah dibuat dengan para pedagang. "Kalau ada yang melanggar, akan kita tertibkan. Saya pastikan, ketika walikota pulang ke Solok, keluhan para pedagang akan langsung saya sampaikan untuk dicari solusi," ujar Ujang.
Meski aksi unjuk rasa kembali dibubarkan secara damai, para pedagang berharap pihak pemerintah dapat segera memberikan solusi yang nyata. Mereka menuntut relokasi ke tempat yang lebih layak dan strategis, agar kegiatan berjualan dapat kembali menggenjot perekonomian tanpa mengorbankan kesejahteraan mereka. Dengan menjelang Ramadhan, situasi ekonomi yang semakin menekan membuat harapan untuk solusi tersebut menjadi sangat mendesak.
Aksi ini juga mencerminkan konflik yang terus berlangsung antara upaya modernisasi kawasan publik dan kebutuhan ekonomi para pedagang kaki lima. Hingga kini, nasib para pedagang di Pasar Raya Solok masih menjadi persoalan hangat yang menunggu titik terang dari kebijakan pemerintah setempat.